-->

Melatih Si Kecil Jago Bisnis Sejak Usia Dini

Entrepreneurship konon sangat baik dikenalkan sejak dini. Tapi bagaimana jika masih kecil lebih tertarik bisnis ketimbang bidang akademis?

Ya, sekarang ini beberapa sekolah secara rutin mengadakan aktivitas market day. Anak diajarkan berbisnis sejak usia belia. Bersama guru, anak didik dilibatkan untuk menentukan bermacam produk, baik makanan atau minuman yang akan dijual.

Mereka terbagi dalam beberapa tim. Masing-masing kelompok menyiapkan tampilan booth atau meja bazaar sebelum hari H.

Nah, pada kegiatan tersebut, para siswa mengemban tugas dan tanggung jawab mulai dari menentukan modal, promosi produk, melayani transaksi jual beli, menghitung uang kembalian, hingga menghitung keuntungan yang didapat.

Melatih Kewirausahaan pada Anak Sejak Dini

Kewirausahaan pada Anak Usia Dini 


Di masa kini, sejak dini anak-anak mulai dikenalkan dengan dunia bisnis. Pembelajaran entrepreneurship pada anak usia prasekolah hingga sekolah masih pada konteks yang ringan dan sederhana.

Meski begitu, anak-anak sudah dapat berperan aktif untuk mengasah kemampuan kreatifitasnya, kemandirian, percaya diri, kerja sama tim, selain pengetahun bisnis dalam konteks yang lebih simple.

Aktivitas berbisnis diupayakan agar menyenangkan dan membuat anak tertarik bahkan tertantang. Tujuannya untuk lebih menekan pada penanaman atau pembentukan karakter dan nilai-nilai dasar entrepreneurship.

Belajar kewirausahaan bukan semata-mata artinya belajar berdagang atau berjualan. Justru entrepreneurship bertujuan mendidik anak untuk memiliki karakter yang tangguh, punya daya kreatif, inovatif, problem solver, dan lain-lain yang dibutuhkan kelak ia dewasa.

Similar post : Cara Ajari Anak Menghadapi Kegagalan

Nilai Positif Kewirausahaan


Rata-rata sistem pendidikan di sekolah yang dianut masih belum mengarah pada mengasah kemampuan entrepreneurship. Memang, sebagian sekolah ada yang sudah menerapkan semacam kurikulum entrepreneurship.

Ada juga sekolah yang mengajarkan tentang financial literacy. Yaitu belajar membedakan mana yang disebut keinginan dan mana masuk kategori kebutuhan.

Justru banyak nilai positif yang bisa dipetik. Katakanlah anak merugi ketika berbisnis, ia akan belajar untuk introspeksi, bangkit dari kegagalan, mencari solusi atas masalah yang dialami, dan punya tekad kuat untuk berhasil.

Mindset orang tua zaman dulu harus diubah. Pendidikan semata bukan mengejar nilai tertinggi dan ijazah lalu bekerja di sebuah perusahaan besar.

Memupuk Optimisme


Modal utama bangsa bukan sebatas tambang atau sumber daya lainnya, tetapi optimisme dari masyarakat untuk memperbaiki status social serta ekonominya.

Spirit luar biasa seperti ini bisa menjadi lokomotif yang bisa menggerakkan roda ekonomi lebih baik.

Seperti kita tahu, pengusaha muda yang sukses bisa jadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Mereka dapat menginspirasi pola pikir sebagian besar orang.

Akrab Berbisnis


Selain konsep market day di sekolah, orangtua di rumah sebetulnya juga dapat mengajarkan anak tentang entrepreneurship. Apalagi tren ibu-ibu rumah tangga yang berbisnis secara online.

Bahkan juga ada fenomena amfibi, yaitu pekerja kantoran yang menjalankan bisnis sampingan berbasis online.

Untuk orang tua yang sudah terjun di bisnis online, tentu akan lebih mudah mengajarkannya ke anak mereka. Pasalnya, anak bisa belajar praktik langsung didampingi ibu atau ayahnya yang berperan sebagai couching sekaligus mentoring.

Banyak orang tua yang memiliki blog, personal website, akun social media, serta akun di berbagai platform jual beli.

Jadi, memulai bisnis tak lagi harus mencari sewa tempat strategis, belum keluar modal dan biaya yang lain. Cukup akses internet di rumah atau menggunakan paket data smartphone, bisnis sudah bisa dijalankan.

Hard Selling tidak lagi disukai konsumen, melainkan harus soft selling karena pola pikir konsumen juga sudah berubah.

Ajarkan anak produk apa yang ingin dijual. Misalnya, aksesori atau pernak-pernik. Lalu posting web yang menyediakan layanan jual beli gratis. Gunakan akun orang tua sehingga kita bisa mendampingi anak.

Kita bisa memantau perkembangannya dengan melihat berapa orang yang melihat iklan yang diposting. Jelaskan pada anak bahwa berbisnis itu perlu strategi. Diantaranya bagaimana memasarkan produk dengan mengandalkan social media.

Penutup


Dengan orang tua yang berbisnis, maka akan menularkan hal baik kepada anak-anaknya. Jika sekarang banyak yang menjadi pengusaha maka generasi selanjutnya diharapkan akan lebih banyak lagi pengusaha, sehingga kemakmuran suatu negara pun akan meningkat.

Salam cantik.

0 komentar

mau komen? klik aja!

 

cari artikel