Komunikasi dalam perkawinan. Saat akan menikah, orang berharap bisa mencurahkan segala uneg-uneg pada pasangannya, melepaskan beban, dan punya teman hidup hingga usia tua.
Tapi tak jarang, setelah pernikahan berjalan, harapan itu meninju angin semata. Mengapa ini bisa terjadi ?
Bertemu tiap hari dengan pasangan, belum tentu kebutuhan emosional dan afeksi (kasih sayang) terpenuhi. Apalagi jika tinggal satu atap tapi sibuk dengan aktivitas masing-masing.
“Kelihatannya sih baik-baik saja tapi kenapa batin terasa kosong meski setiap hari bertemu pasangan?“
Awas, jangan menyimpan bara dalam rumah tangga Anda!
Orang tak bahagia biasanya karena kesepian. Meski dikelilingi banyak sahabat, tak menjamin kebutuhan afeksinya tercukupi di dalam rumah.
Kesepian bisa menuntun orang jadi sering berpandangan sinis pada banyak hal. Pemikiran yang tidak masuk akal pun bisa membuat hubungan dirinya dan pasangan jadi meradang.
Untuk mengubahnya, diperlukan dukungan orang terdekat (pasangan). Jika dibiarkan, bisa menimbulkan depresi berkepanjangan dan merasa insecure di lingkungan manapun. Resiko terburuknya adalah masuknya orang ketiga dalam relasi suami-istri hingga berujung perceraian.
Saat melihat orang begitu terlihat menyenangkan di luar area private (rumah), bisa berarti itu merupakan bentuk kompensasi karena merasa sepi dan kebutuhannya tak terpenuhi di rumah.
Cara paling gampang, lihat saja reaksi pasangan Anda saat kumpul bareng teman-temannya. Apakah ketawa atau kegembiraannya terlalu berlebihan? Jika YA, itu salah satu tanda yang jelas.
Terasa tapi sulit diungkapkan. Rasa sepi sering menghinggapi sejumlah pasangan. Memang tak ada batasan pasti diusia perkawinan ke berapa hal ini bisa terjadi dan harus diatasi. Sebaiknya, mulailah bercermin dari poin-poin berikut ini :
Kesibukan pekerjaan bisa membuat suami-istri tak berkutik. Efeknya, makin berkurangnya waktu berdua. Ingat-ingat lagi tujuan awal pernikahan Anda.
Kesibukan bukan alasan untuk berjauhan dan saling acuh. Misalnya, suami tiba di rumah langsung ingin buru-buru tidur atau masih melanjutkan pekerjaan kantor yang dibawa pulang.
Pada dasarnya perempuan punya kemampuan berkomunikasi lebih baik daripada laki-laki. Walau belum ngantuk, coba dekati pasangan dan tanyakan keadaan hatinya hari itu, apa yang bikin dia capek?
Jangan sampai rutinitas mengurangi kemesraan Anda dengan pasangan. Ketika merasa “jauh” sebaiknya langsung dikomunikasikan.
Mulailah hidupkan kembali gair4h cinta Anda dengan pasangan. Dari hal sepele seperti panggilan sayang ketika pacaran. Hal ini dipercaya punya efek agresif pada batin pasangan.
Mana yang lebih penting, ngobrol tatap muka atau aktif di grup WhatsApp? Kok Anda bisa tertawa terpingkal-pingkal saat mendapat kiriman meme lucu dari kawan lama, tapi tak bisa bersikap sama meski pasangan di depan Anda?
Suami-istri terpisah berjauhan karena tuntutan kerja? Kondisi ini memang kurang ideal. Tapi, jarak bisa diakali lewat berbagai cara agar terhindar dari rasa sepi. Misalnya bertemu sebulan sekali dan komunikasi yang intens.
Suami pulang malam tapi ia merasa sudah mencukupi materi yang dibutuhkan keluarganya. Termasuk fasilitas lengkap yang dinikmati istri dan anak-anak.
Namun, itu hanya pengusir sepi untuk sementara. Uang tak mampu menggantikan kehadiran pasangan yang kita cintai.
Seiring waktu, selain jumlah sahabat yang berkurang, Anda dan pasangan juga kehilangan rasa persahabatan karena label suami-istri setelah menikah. Semestinya, sahabat terbaik Anda adalah pasangan hidup yang bakal menemani Anda hingga maut memisahkan.
Sebaliknya, ada kondisi dimana istri lebih sibuk dengan dunianya. Karier pesat, kehidupan social yang mapan hingga seringkali suami malah lebih awal tiba di rumah dibanding istri.
Dari situ timbul peluang terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehadiran orang ketiga.
Usia saja tak cukup menentukan kedewasaan seseorang dalam berkomitmen disuatu hubungan. Dalam hal ini, pola pengasuhan orang tua sangat berperan.
Menikah diusia matang pun bukan jaminan kedewasaan seseorang. Pernikahan adalah proses yang panjang. Pembelajaran yang takkan ada habisnya. Sebagai individu, coba renungkan kembali tips berikut ini :
Mulailah hargai pasangan Anda untuk menciptakan atmosfir rumah yang lebih sehat. Itulah sejatinya arti sebuah kehidupan bersama antara dua mahluk Tuhan yang telah ditakdirkan terikat dalam satu mahligai pernikahan.
Semoga ada manfaatnya. Sampai jumpa ditulisan berikutnya. Salam cantik.
Tapi tak jarang, setelah pernikahan berjalan, harapan itu meninju angin semata. Mengapa ini bisa terjadi ?
Bertemu tiap hari dengan pasangan, belum tentu kebutuhan emosional dan afeksi (kasih sayang) terpenuhi. Apalagi jika tinggal satu atap tapi sibuk dengan aktivitas masing-masing.
“Kelihatannya sih baik-baik saja tapi kenapa batin terasa kosong meski setiap hari bertemu pasangan?“
Awas, jangan menyimpan bara dalam rumah tangga Anda!
Komunikasi dalam Perkawinan
Hati-hati Gejala “Over Happiness”
Orang tak bahagia biasanya karena kesepian. Meski dikelilingi banyak sahabat, tak menjamin kebutuhan afeksinya tercukupi di dalam rumah.
Kesepian bisa menuntun orang jadi sering berpandangan sinis pada banyak hal. Pemikiran yang tidak masuk akal pun bisa membuat hubungan dirinya dan pasangan jadi meradang.
Untuk mengubahnya, diperlukan dukungan orang terdekat (pasangan). Jika dibiarkan, bisa menimbulkan depresi berkepanjangan dan merasa insecure di lingkungan manapun. Resiko terburuknya adalah masuknya orang ketiga dalam relasi suami-istri hingga berujung perceraian.
Saat melihat orang begitu terlihat menyenangkan di luar area private (rumah), bisa berarti itu merupakan bentuk kompensasi karena merasa sepi dan kebutuhannya tak terpenuhi di rumah.
Cara paling gampang, lihat saja reaksi pasangan Anda saat kumpul bareng teman-temannya. Apakah ketawa atau kegembiraannya terlalu berlebihan? Jika YA, itu salah satu tanda yang jelas.
Similar pos : Dilema Pria/Suami “Anak Mama”, Pilih Ibu atau Istri?
Penyebab Rusaknya Komunikasi Perkawinan
Terasa tapi sulit diungkapkan. Rasa sepi sering menghinggapi sejumlah pasangan. Memang tak ada batasan pasti diusia perkawinan ke berapa hal ini bisa terjadi dan harus diatasi. Sebaiknya, mulailah bercermin dari poin-poin berikut ini :
1. Terlena kesibukan
Kesibukan pekerjaan bisa membuat suami-istri tak berkutik. Efeknya, makin berkurangnya waktu berdua. Ingat-ingat lagi tujuan awal pernikahan Anda.
Kesibukan bukan alasan untuk berjauhan dan saling acuh. Misalnya, suami tiba di rumah langsung ingin buru-buru tidur atau masih melanjutkan pekerjaan kantor yang dibawa pulang.
Pada dasarnya perempuan punya kemampuan berkomunikasi lebih baik daripada laki-laki. Walau belum ngantuk, coba dekati pasangan dan tanyakan keadaan hatinya hari itu, apa yang bikin dia capek?
2. Tak lagi mesra
Jangan sampai rutinitas mengurangi kemesraan Anda dengan pasangan. Ketika merasa “jauh” sebaiknya langsung dikomunikasikan.
Mulailah hidupkan kembali gair4h cinta Anda dengan pasangan. Dari hal sepele seperti panggilan sayang ketika pacaran. Hal ini dipercaya punya efek agresif pada batin pasangan.
3. Lebih akrab dengan gadget
Mana yang lebih penting, ngobrol tatap muka atau aktif di grup WhatsApp? Kok Anda bisa tertawa terpingkal-pingkal saat mendapat kiriman meme lucu dari kawan lama, tapi tak bisa bersikap sama meski pasangan di depan Anda?
4. Terpisah jarak
Suami-istri terpisah berjauhan karena tuntutan kerja? Kondisi ini memang kurang ideal. Tapi, jarak bisa diakali lewat berbagai cara agar terhindar dari rasa sepi. Misalnya bertemu sebulan sekali dan komunikasi yang intens.
5. Kompensasi
Suami pulang malam tapi ia merasa sudah mencukupi materi yang dibutuhkan keluarganya. Termasuk fasilitas lengkap yang dinikmati istri dan anak-anak.
Namun, itu hanya pengusir sepi untuk sementara. Uang tak mampu menggantikan kehadiran pasangan yang kita cintai.
6. Sahabat berkurang
Seiring waktu, selain jumlah sahabat yang berkurang, Anda dan pasangan juga kehilangan rasa persahabatan karena label suami-istri setelah menikah. Semestinya, sahabat terbaik Anda adalah pasangan hidup yang bakal menemani Anda hingga maut memisahkan.
7. Doyan sosialisasi
Sebaliknya, ada kondisi dimana istri lebih sibuk dengan dunianya. Karier pesat, kehidupan social yang mapan hingga seringkali suami malah lebih awal tiba di rumah dibanding istri.
Dari situ timbul peluang terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehadiran orang ketiga.
Cara Mengusir Rasa Sepi
Usia saja tak cukup menentukan kedewasaan seseorang dalam berkomitmen disuatu hubungan. Dalam hal ini, pola pengasuhan orang tua sangat berperan.
Menikah diusia matang pun bukan jaminan kedewasaan seseorang. Pernikahan adalah proses yang panjang. Pembelajaran yang takkan ada habisnya. Sebagai individu, coba renungkan kembali tips berikut ini :
- Jalin komunikasi yang baik dengan pasangan
- Perbanyak waktu berdua
- Lakukan hobi sesuai komitmen
- Hidupkan potensi pasangan Anda
- Pegang teguh komitmen bersama
- Stop membandingkan hidup Anda dengan orang lain
- Selalu bersyukur
- Cobalah berdoa dan meditasi
- Sekali-kali, keluar dari rutinitas
Mulailah hargai pasangan Anda untuk menciptakan atmosfir rumah yang lebih sehat. Itulah sejatinya arti sebuah kehidupan bersama antara dua mahluk Tuhan yang telah ditakdirkan terikat dalam satu mahligai pernikahan.
Semoga ada manfaatnya. Sampai jumpa ditulisan berikutnya. Salam cantik.
0 komentar
mau komen? klik aja!
EmoticonEmoticon