-->

Kenapa Anak Beraninya “Heboh” di Media Sosial?

Penyebab anak lebih berani di media sosial. Kenapa anak sangat pede berinteraksi di media sosial tapi menjadi pemalu ketika bertatap muka dengan saudaranya?

Gisel (8 tahun), terlihat canggung ketika bertemu saudara sepupunya, Reva, disebuah acara keluarga. Begitu pula yang terjadi pada Reva. Mereka berdua saling diam dan terlihat malu-malu untuk bertukar sapa.

Padahal biasanya, Gisel dan Reva sangat akrab berkomunikasi lewat akun jejaring sosial maupun messenger. Apakah hal ini juga terjadi pada buah hati anda?

Menurut Adib Setiawan, M.Psi., psikolog di www.praktekpsikolog.com , hal seperti ini terjadi pada anak yang hobi bermain gadget, karena mereka lebih banyak menghadapi benda dan tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang-orang secara langsung.

Ia menambahkan, beberapa anak yang sejak dini sering bermain game juga bisa tumbuh menjadi pribadi pendiam dan pemalu, tidak punya teman, bahkan beberapa bisa jadi antisosial.

Padahal, sifat dasar anak bukanlah  pemalu atau pendiam. Sifat dasar anak-anak  sebenarnya  ingin banyak bicara, percaya diri, dan banyak inisiatif untuk bertanya mengenali hal-hal yang belum mereka kuasai.

penyebab anak lebih berani di media sosial

Penyebab Anak lebih Berani di Media Sosial 


Kebanyakan, anak berubah menjadi pendiam atau pemalu karena orang tua yang jarang berkomunikasi dengan mereka. Entah disibukkan oleh pekerjaan atau memang karena pola komunikasi yang kaku.

Tidak Adaptif


Indikasi yang ditemui pada anak yang terlalu sering mengakses gadget, ujar Adib, salah satunya adalah perilaku anak yang menjadi tidak adaptif.

Misalnya anak menjadi pendiam, pemarah, bahkan beberapa bisa melukai teman atau bertindak kasar pada teman. Hal ini tentu membuat lingkungan pertemanan kurang kondusif”, kata Adib yang berkantor di JI. RC veteran No.1-i, Bintaro.

Mulai dari SMP


Adib menyarankan, sebaiknya anak-anak lebih banyak bermain secara tatap muka seperti bermain kejar-kejaran, bola, petak umpe, sepeda, atau pemainan lain yang ”berkeringat”. ”Ini akan membuat anak tumbuh berkembang secara maksimal pada organ fisiknya sehingga anak menjadi ceria, sehat, cerdas dan lebih percaya diri.

Bila tidak tepat, gadget pada anak usia SD juga bisa membuat prestasi belajar anak menurun dan kurang berinteraksi sosial. Anak-anak yang main gadget secara berlebihan biasanya akan selalu merasa benar dan tidak memiliki rasa bersalah. Sering ditemui, anak-anak yang suka bermain gadget tidak menyadari kalau nilainya turun, temannya sedikit, dan kurang berinteraksi pada sesama.

Namun tentu, ada pula sisi positif dari gadget. ”Jika gadget dipakai anak-anak usia SMP dengan pengawasan yang cukup, gadget sebetulnya meningkatkan pengetahuan siswa. Anak bisa belajar banyak hal dari gadget,” lanjutnya.

Similar pos : Kenapa Anakku Tak Lagi Semontok Saat Masih Bayi?

Melalui Telepon


Kemampuan berbahasa anak akan berkembang  secara bertahap dan tentunya ada bahasa-bahasa yang kurang sesuai dengan perkembanganya yang didapat dari media sosial. ”Anak-anak usia SD sebaiknya dikenalkan fungsi ponsel sebagai alat menelepon saja.

Bisa pula dicoba untuk membiasakan si kecil berkomunikasi dengan saudara sebayanya melalui sambungan telepon. Pasalnya, dibanding berkomunikasi dengan aplikasi messenger, membiasakan berbincang lewat telepon bisa memancing kemampuan verbalnya.

Sering Tatap Muka


Bagaimanapun, anak-anak usia SD sebaiknya lebih sering komunikasi langsung.

Alangkah baiknya anak-anak diusia ini tidak diberikan gadget secara berlebihan karena bisa menghambat perkembangannya dikemudian hari, selain bisa membuat prestasi belajarnya menurun,” tambah Adib.

Misalnya, lama-lama anak bisa menjadi hobi bahkan kecanduan main game, mengakes pornografi, atau menerima kata-kata yang kurang sesuai.

Pasalnya, berkomunikasi secara langsung akan membuat suasana lebih manusiawi. Anak-anak lebih komunikatif, mampu mengungkapkan keinginan dan kebutuhan, serta adanya empati dari lawan bicara karena perbincangan disertai ekspresi wajah.

Selain membuat keinginan dan maksud obrolan menjadi sulit dikomunikasikan, berbincang di media sosial pun tak jarang menimbulkan salah paham. Bahkan, bisa sampai memicu konfilk. Belakangan, kan, banyak pertengkaran dengan teman disebabkan oleh miskomunikasi di media sosial,” tambahnya.

Seorang anak yang terlatih berkomunikasi secara tepat, akan memiliki emosi yang lebih matang. Ia juga akan lebih mampu mengungkapkan diri dan lebih cerdas karena perbendarahaan kata yang dimiliki terus bertambah.

Secara psikologis, ini akan lebih sehat karena hubungan dengan orang tua, keluarga, dan teman, akan lebih hangat dan akrab.

Latih Sejak Dini


Apa saja yang harus dilakukan orang tua untuk melatih kemampuan komunikasi anak? Berikut tips dari Adib:
  • Latih anak berkomunikasi sejak dalam kandungan. Misalnya, ajak berbicara dengan kata-kata yang indah, doa, atau sambil mendengarkan lagu-lagu yang disukai, seperti lagu klasik atau lagu yang sifatnya religius.
  • Ketika anak sudah lahir, kenalkan dengan benda-benda disekitarnya. Latih motorik halus dan motorik kasarnya, serta pahami bahasa anak sejak dini.
  • Mulai latih kemampuan bahasa anak secara bertahap. Biasanya ketika anak mampu berjalan, dalam waktu singkat ia juga bisa berbicara. Ajarkan seluruh kosa-kata yang ada di sekelilingnya. Latih juga anak untuk mengungkapkan diri.
  • Perbanyak kosa-kata ketika anak berusia 3-5 tahun. Jika anak mampu berkomunikasi, bisanya ia tidak akan rewel, tidak memaksakan kehendak, dan tak suka menangis  berlebihan. Anak-anak ini akan dengan mudah diberikan masukan oleh orang-orang di sekelilingnya.
  • Di usia TK dan SD, hindari memberi anak gadget atau bermain game secara berlebihan. Pasalnya, kapasitas intelektual anak belum ditunjang oleh meteri pelajaran atau latihan-latihan akademis.
  • Latih perkembangan fisik, kognitif, emosi, dan psikomotorik sesuai perkembangan anak.
  • Sering-seringlah mengajak anak berbicara. Cobalah dengarkan keluhan anak dan fokus pada solusi jangka panjang agar anak bisa lebih berkembang di kemudian hari. Latih anak agar anak mau bercerita pada orang tua. Ini akan membuat komunikasi anak makin terbuka dan membuat anak tampil percaya diri serta  mampu menyesuaikan diri di kemudian hari.

Moga saja bisa menghangatkan jalinan kasih antara Anda dan sang buah hati ya jeng. Salam cantik.

Sumber : Nova
Penulis : Hasto Prianggoro

0 komentar

mau komen? klik aja!

 

cari artikel